Lable

09 Juni, 2011

Toko Bahan Bangunan atau Bangunan ?

Banyaknya batu bata, pasir, kayu, semen, dan lain-lain yang ditumpuk pada suatu tempat tidak dapat disebut bahwa sebuah rumah telah berdiri disitu. bisa saja itu hanya toko bahan bangunan. Demikian juga, Banyaknya program, KKR, PA, seminar, pertemuan doa, bahkan karunia-karunia  Roh bekerja dengan luar biasa tidak memberikan petunjuk bahwa kita sedang membangun Gereja. Jika kita tidak terhubung satu dengan yang lain dalam sebuah komunitas, kita hanyalah segerombolan manusia saja yang kita sebut Gereja.
Suatu rumah dibangun bilamana masing-masing batu ini ditempatkan bersama-sama dengan pasir, semen, serta bahan-bahan lainnya di dalam disain arsitekturnya.

1Pet 2:5  Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

Formula Untuk Membangun

Kasih adalah bahan utama untuk terwujudnya bangunan rohani seperti yang Tuhan inginkan. Kasihlah yang merekatkan semua bahan-bahan bangunan itu

Efs 4:16  Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.

Gal 5:13  Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih

Komponen Kasih

Memiliki pengetahuan yang benar tentang kasih akan membuat kita hidup seperti Tuhan sendiri dengan segala kepenuhan-Nya

1 Yoh 4:12  Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.

1Yoh 4:13  Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya

Kasih terdiri dari beberapa komponen yang menjadikannya “KASIH”. Jika salah satu dari komponen itu tidak tepenuhi maka hal itu belum bisa disebut kasih. Apa saja komponen itu:

  1. Komunitas
  2. Kebenaran
  3. Kesehatian

Misteri Komunitas Kudus

Tahukah anda apa yang membuat Tuhan menjadi Kudus? Karena Tuhan tidak hidup “independence”(mandiri)  tetapi IA hidup di dalam sebuah komunitas yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Tuhan harus hidup dalam komunitas karena Tuhan adalah Kasih, dan kasih tidak bisa mandiri. Kasih harus mempunyai sasaran untuk mencurahkan  potensi kasih itu.

Tuhan bukan hanya satu pribadi saja tetapi Dia hidup bersama dengan rukun dan saling mengasihi sebagai tiga pribadi. - Hal ini memang merupakan sebuah misteri yang ajaib dan kudus buat kita. Tetapi justru itulah kita bersyukur bahwa Tuhan kita tidak bisa di formulakan oleh logika manusia. Jika Tuhan bisa di logikakan berarti Dia bukan Tuhan  – Tuhan kita bukan ada tiga. Tuhan kita  adalah Tuhan yang esa

1Tim 2:5  Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,..

Ke Esaan-Nya adalah merupakan hasil dari kesatuan yang dahsyat dan tak tepisahkan dari tiga pribadi Ilahi yang berbeda. Kedudukan tiga pribadi Ilahi ini sama dan sejajar sifatnya.

Jika Gereja ingin menyatakan kemuliaan Tuhan maka gereja harus mengambil pola hidup yang sama seperti Tuhan sendiri yaitu, hiduplah dalam sebuah komunitas. Tidak akan pernah Gereja mencapai kesempurnaan dan kekudusan jika Gereja hidup sebagai “petapa” hidup seorang diri dan berharap menjadi sempurna dan kudus.

Kekudusan akan kita dapatkan di dalam kehidupan berkomunitas. Mengapa? Karena di dalam komunitaslah kasih kita diuji. Kita tidak akan akan jadi kudus jika kita tidak mau mengampuni orang yang bersalah pada kita, kita tidak akan hidup kudus jika kita hidup dalam curiga satu dengan yang lain, kita tidak akan hidup kudus jika kita menghakimi orang lain, Dan masih banyak contoh yang lain.

Kekudusan dan kesempurnaan di dalam Tuhan bukanlah sebuah tujuan tetapi akibat dari kehidupan kasih kita di dalam komunitas. kita akan memiliki hidup kudus dan sempurna di dalam Tuhan bukan karena kita rajin ibadah, perpuluhan, berdoa, baca alkitab, puasa dan beberapa kegitan rohani yang lainnya. Kita akan menjadi kudus jika kita hidup bersama sebagai komunitas. Seperti yang ditulis di dalam firman Tuhan

Ams  27:17  Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.

Bagaimana kehidupan kita di dalam komunitas merupakan tolok ukur kedewasaan dan kesempurnaan kita di dalam Tuhan.

Ibr 12:14  Berusahalah hidup damai dengan semua orang (komunitas) dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.
Ibr 12:15  Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.

Tuhan tidak memerintahkan kita untuk mengejar kekudusan sebagai prioritas tetapi Tuhan lebih memprioritaskan kita untuk memiliki respon yang baik di dalam komunitas kita. Respon kita di dalam komunitas menentukan kekudusan kita dan kekudusan kita memampukan kita melihat Tuhan. Tetapi, sebaliknya respon yang salah di dalam kehidupan berkomunitas akan membawa kepada kerusuhan dan kecemaran bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang banyak.

Kebenaran
Jika sebuah komunitas tidak ada kebenaran di dalamnya maka akan terjadi kekacauan dan pemberontakan. Kebenaran adalah kompas dan atmosfir bagi sebuah komunitas

Hos 4:6  Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah...

Ams 29:18  Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.


Kasih dan kebenaran akan selalu berjalan berdampingan. Kasih tanpa adanya kebenaran hanya akan menghasilkan kehidupan komunitas yang “kerdil” dan tidak dewasa. Tetapi jika kebenaran saja  tanpa kasih maka hanya akan menghasikan kehidupan yang “brutal” di dalam kehidupan berkomunitas. Di dalam kebenaran terkandung sikap dan nilai-nilai, dan berdasarkan nilai-nilai inilah kita hidup bersama di dalam sebuah komunitas.

Kesehatian
Kesehatian banyak bicara tentang “keterhubungan” seperti tubuh manusia yang saling terhubung satu dengan yang lain. Keterhubungan bukan sekedar terkumpul dalam sebuah komunitas karena memiliki minat yang sama tetapi lebih mengarah kepada kehidupan yang berkorban satu demi yang lainnya. Seberapa kita dekat dan mengenal seseorang bukan dilihat dari seberapa banyak kita tahu tentang orang itu tetapi seberapa banyak hati yang sudah kita berikan sebagai korban buat orang tersebut.

1Yoh 3:16  Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.

Gereja Kisah para rasul adalah sebuah contoh yang harus disimak dengan saksama.  Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka bukanlah sekedar untuk pengalaman Ilahi bersama Tuhan secara pribadi saja. Pengalaman pencurahan Roh Kudus bukan untuk pribadi tetapi lebih cenderung untuk kehidupan korporat/komunitas.

Kita dapat bayangkan jika mereka tidak terhubung satu dengan yang lain maka bahasa mereka akan menjadi  sangat mandiri; aku dipenuhi Roh Kudus,  aku juga bisa dengar suara Tuhan sendiri, membuat mujizat sendiri, bertanggung jawab sendiri langsung kepada Tuhan, melayani sendiri, tanpa harus terhubung satu dengan yang lain maka dampaknya tidak akan sedahsyat yang kita rasakan seperti sekarang.

Kebangunan Rohani besar yang terjadi saat itu bukanlah karena Roh Kudus tetapi karena orang-orang yang sudah dipenuhi Roh Kudus ini terhubung satu dengan yang lain. Inilah yang membuat Gereja pada waktu itu meledak. Jika masing-masing orang hanya dipenuhi roh kudus secara perorangan dan tidak terhubung satu dengan yang lain maka tidak akan ada dampak besar terjadi

Kis 2:46  Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
Kis 2:47  sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Keterhubungan juga bicara tentang bagaimana sikap kita terhadap tudung kepemimpinan di atas kita. Keterhubungan sama dengan ketundukan dengan otoritas di atas komunitas kita yang Tuhan percayakan.

Cara Tuhan selalu mendelegasikan otoritas-Nya kepada seseorang. Jika di dalam sebuah komunitas kita gagal melihat hal ini maka kita sesungguhnya belum terhubung meskipun kita sudah penuh Roh Kudus dan memiliki berbagai karunia Roh.
Kasih karunia Tuhan yang besar yang Tuhan curahkan pada jaman Kisah Rasul adalah karunia pengertian dimana mereka dapat hidup sehati dan sepikir sama seperti Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus.

Refleksi Petrus Berjalan diatas Air
Di dalam Gereja akan selalu ada orang-orang yang mencari pengalaman rohani pribadi dengan mengorbankan perjalanan kita secara korporat/komunitas. Ketika Petrus mulai tenggelam, Yesus memegangnya dan membawanya kembali naik perahu, yang merupakan tugas utamanya. Apabila kita mengagungkan pengalaman Petrus berjalan di atas air sebagai tindakan iman,  maka kita gagal untuk menyadari bahwa mereka yang tinggal di dalam perahu pun memiliki iman yang sama saat mereka berdiri bersama-sama demi tugas koporat, yakni mempertahankan perahu dan menjaganya agar tidak hancur oleh badai.

Ketegangan antara gaya hidup individu dan destiny korporat harus dipahami dengan jelas. Setiap orang percaya harus melihat gambar destiny korporat yang lebih besar dari pada sekedar pemenuhan kebutuhan pribadi. Inilah hal yang sangat penting membangun Gereja, sehingga kita akan membuat perbedaan di dalam komunitas kita.

Gereja gagal bukan karena kuasa iblis lebih hebat dari Gereja teapi karena Gereja tidak dibangun sesuai “blue printnya” Tuhan. Kita lebih suka dengan kebangunan rohani “instan” yang dikemas dalam acara-acara yang menarik ketimbang berusaha mengembangkan hidup yang “deeper” dalam hubungan komunitas  yang “warm” menuju  “destiny” kita di masa depan  di dalam Tuhan dalam komunitas (Gereja lokal) dimana Tuhan tempatkan kita. Orang percaya lebih suka mencari kepuasan rohani pribadi lewat kegiatan rohani yang satu ke kegiatan rohani yang lainnya ketimbang di proses dalam hubungan komunitas

Orang percaya mulai apatis dengan Gereja lokal karena tidak dibangun sesuai dengan blue print dari sorga. Tidak dapat dipungkiri gereja memiliki berbagai kelemahan dan kekurangan Tetapi, mengharapkan kesatuan tubuh Kristus yang berdampak luas hanya dari gerakan kesatuan dan jejaring A, B, C Dan D yang dibangun atas ketidak puasan terhadap gereja lokal yang ada adalah usaha menjaring angin.  
Teringat  perkataan Deddy Arifin “kompak ke dalam, dampak ke luar” kita tidak bisa mengharapkan kesatuan tubuh Kristus yang berdampak luas hanya dari “event” Kita harus lebih mengasihi komunitas dimana Tuhan telah tempatkan kita.

Kita tidak akan mempengaruhi komunitas yang lebih luas jika kita tidak “tertanam” di komunitas kita.  pertama dimulai dari komunitas terkecil yaitu keluarga kita, kemudian keluarga rohani kita yaitu  Gereja, dari satu Gereja mempengaruhi Gereja-gereja yang lainnya, kemudian mempengaruhi kota, bangsa, dan bumi penuh kemulian-Nya.  Amin...

                                                                                                                                                                                       - David Victor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar