Lable

15 Juli, 2010

Bicara soal Cintaaa....

Bicara soal Cintaaa......


Sekali waktu seorang teman menghampiri saya dan mengajukan sebuah pertanyaan sederhana. Pertanyaan sederhana ini membutuhkan waktu lebih dari beberapa bulan untuk bisa menemukan jawabannya.

“Apakah kamu menyukai dia?” pertanyaan ini tergolong pertanyaan yang tidak ingin saya jawab. Alasannya mungkin terlalu sederhana untuk dipahami, “karena saya tidak tahu bagaimana sebenarnya perasaan saya”.

Suka atau Jatuh cinta atau kejatuhan cinta adalah suatu perasaan yang luar biasa. Saya percaya itu adalah anugrah dari Tuhan. Setiap manusia dianugrahi rasa cinta. Rasa itu akan membuncah ketika dua manusia dari kutub yang berbeda bertemu dalam suatu masa.

Sebenarnya tidak pernah ada jawaban pasti untuk pertanyaan itu. Yang ada hanya tergantung.

Tergantung dia suka juga gak sama saya, tergantung sikonnya, tergantung waktu, tergantung komunikasi yang terjalin, romansa yang tercipta, n’ banyak lagi tergantung lainnya.

Ngomongin soal cinta tidak akan pernah ada rumusan yang pasti. Sepasti fajar dipagi hari atau sepasti 1 + 1 = 2. itu hanya terjadi di dunia nyata. Cinta hanya tercipta dalam dunia rasa jauh didalam lubuk hati manusia.

Sejatinya ketika dunia rasa diperhadapkan dengan kenyataan, mereka tidak akan pernah berjalan berdampingan tetapi mereka selalu akan terhubung.

Lanjut... …

Saya setuju banget sama pepatah jawa kuno yang saya sendiri gak hafal [sebenarnya sich bisa ditanya trus dicantumin disini] yang intinya cinta tumbuh karena kebersamaan.

Jatuh cinta bukanlah hal yang mustahil terjadi. Proses jatuh cinta tidak membutuhkan start yang meledak-ledak atau berlebihan. Proses itu sendiri terjadi begitu alami sehingga terkadang kamu tidak menyadari bahwa kamu sedang jatuh cinta atau kejatuhan cinta.

Saya tidak akan bisa menjawab pertanyaan itu dalam waktu lima detik. Saya butuh jutaan detik untuk membuat saya sadar sepenuhnya bahwa saya juga memiliki perasaan yang sama atau sebaliknya.

Kalimat – kalimat seperti “Mr. X is not my type”, “what a cool guy, dia pernah jatuh cinta gak ya????” akan berubah 180 derajat ketika saya dan dia berada pada ‘tergantung’ yang sudah disebutkan.

Ketika pada suatu masa dengan situasi romansa yang mendukung komunikasi kami berjalan dengan baik, kata2 itu bisa berubah jadi “Ihh… Mr.X lucu juga yach”.

Jangan pernah mencoba menganalisis cinta atau perasaan dengan rumusan yang pernah kamu tahu. Cinta adalah rumus paling simple sekaligus paling sulit untk dipahami. Rumusan ini hanya bisa dimengrti ketika dua manusia berlawanan jenis membiarkan hati mereka menganalisanya


- Ara -

Perfeksionisme

Perfeksionisme

Perfeksionisme adalah keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna, mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi. Perfeksionis adalah orang yang memiliki pandangan perfeksionisme.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pada bentuknya sebagai penyakit, perfeksionisme dapat menyebabkan seseorang memiliki perhatian berlebih terhadap detil suatu hal dan bersifat obsesif-kompulsif , sensitif terhadap kritik, cemas berkepanjangan, keras kepala, berpikir sempit dan suka menunda. Hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan dalam hal apapun. Orang yang potensial namun perfeksionis akan terhambat kemampuannya. Hasrat menciptakan produk, website atau konten terbaik adalah hal yang perlu, namun seorang perfeksionis akan menemukan banyak rintangan yang sama sekali tidak perlu.

Masalah perfeksionis adalah tindakannya yang cenderung suka menunda-nunda dan akhirnya capek sendiri. Obsesinya akan kesempurnaan menjadi beban pikiran dan meletihkan perasaannya. Orang perfeksionis akan cepat kehabisan energi karena terus cemas tentang bagaimana menyempurnakan sesuatu atau berpikir seandainya dulu saya begini atau begitu
***

Anda ingin sempurna? Hasil kerja tanpa cela. Nilai-nilai berada pada kisaran A – bahkan kalau bisa mendapat nilai 10 bulat atau lulus cum laude. Kehidupan keluarga dan sosial yang super sempurna. Singkatnya menjadi seorang superman atau wonderwoman dengan predikat ’paling’ di segala bidang.

Wajar bila Anda menjawab ‘ya.’ Memberikan usaha terbaik memang merupakan salah satu kecenderungan alamiah kita sebagai manusia. Melakukan yang terbaik membuat kita merasa berharga, serta mengangkat harga diri kita di hadapan teman, keluarga dan rekan sejawat. Singkatnya, membuat kita merasa nyaman dan lebih baik.
Dorongan untuk meraih hasil yang terbaik itu disebut perfeksionisme.

Dalam kadar yang normal, perfeksionisme memberikan dampak yang baik. Perfeksionisme mendorong kita untuk berprestasi, dan terus menggerakkan kita untuk tetap bertekun ketika menghadapi kesulitan ataupun tantangan. Perfeksionisme membantu seorang pelari berlari secepat mungkin untuk mencapai garis finish. Ia juga membantu seorang pelajar belajar segiat-giatnya demi prestasi yang memuaskan.
Namun, bila Anda merasa harus melakukan sesuatu dengan betul-betul sempurna; atau bila Anda merasa harus menjadi yang nomor satu sehingga berada di posisi nomor dua terbaik masih kurang dan membuat Anda gusar, berhati-hatilah. Bisa jadi penyakit perfeksionisme sedang menjangkiti Anda. Dan alih-alih membuat Anda menjadi yang terbaik, dorongan untuk sempurna itu bisa jadi menuntun Anda kepada kegagalan, depresi dan kecemasan. Saat itulah perfeksionisme berubah menjadi maladaptif.

Ketika dorongan menjadi sempurna itu telah berubah menjadi suatu hal yang tidak sehat, banyak hal dalam hidup yang tidak dapat lagi dinikmati karena diri terus diresahkan olehkeharusanmenjadi tanpa cela. Padahal, apakah ada satu hal pun dalam dunia ini yang benar-benar sempurna? Mengutip sebuah kalimat bijak, ”tak ada gading yang tak retak” – tak ada satu hal pun yang sempurna. Maka, menuntut kesempurnaan adalah hal yang mustahil. Karenanya, menuntut kesempurnaan adalah kemustahilan yang berbuntut pada kegagalan. Ketika kegagalan itu tiba, perasaan tidak berdaya, bersalah, cemas, marah, frustasi dan sedih juga akan menyerang.

Keharusanmenjadi sempurna juga membuat penderitanya tidak produktif. Pasalnya, para Ms. Dan Mr. Perfect cenderung menunda-nunda pekerjaan karena menunggu hingga hasilnya benar-benar sempurna. Seringkali, para perfeksionis terjebak untuk menyempurnakan satu detil hingga tak pernah benar-benar merampungkannya.

Perfeksionisme tidak hanya menggerogoti diri sendiri, namun juga orang lain yang berada di sekitarpenderita.’ Para perfeksionis tidak hanya menuntut kesempurnaan dari dirinya, namun juga dari orang-orang di sekitarnya. Akibatnya, menjalin dan mempertahankan hubungan menjadi suatu hal yang sulit karena seorang perfeksionis tidak dapat bertenggang rasa atas kekurangan orang lain, dan menerima orang lain sebagaimana adanya.

Khawatir menderita perfeksionisme yang maladaptif? Kenali tanda-tandanya. Perfeksionisme dapat jadi telah berubah menjadi destruktif ketika Anda:
  • Selalu khawatir akan membuat kesalahan, dan tidak menghargai keberhasilah yang telah dicapai.
  • Tidak dapat menikmati apa yang telah dicapai karena segera memikirkan celah-celah kekurangan lain yang dapat membuat Anda gagal.
  • Menyesal ketika apa yang Anda lakukan tidak membawa hasil sesuai harapan.
  • Seringkali mengkritik dan mencari kesalahan orang lain di sekitar Anda.
  • Merasa gelisah ketika Anda tidak dapat mengendalikan situasi.

Bila dicermati, perfeksionisme muncul ketika kecenderungan untuk bersandar pada diri sendiri menjadi terlampau besar. Keyakinan bahwa kemampuan, dan usaha yang kita miliki adalah jaminan untuk mencapai kesempurnaan. Segala kekuatan yang dimiliki dalam diri harus dieksploitasi semaksimal mungkin untuk mencapai satu titik pencapaian semu yang disebutsempurna.’

Padahal, resep menuju kesempurnaan bukan terletak pada kekuatan yang kita miliki, melainkan pada kelemahan kita. Mengapa demikian? Tengok saja II Korintus 12: 9, ”....Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna..”.

Ternyata kesempurnaan itu akan ditambahkan ketika kita mau merendahkan diri dan mengakui kelemahan-kelemahan kita. Tanpa dinyana, justru dalam kelemahan-kelemahan itulah TUHAN menunjukkan betapa sempurnanya DIAbetapa sempurnanya rancangan-NYA dalam kehidupan kita. Ayat tersebut membawa saya pada sebuah perenungan sederhana dan akhirnya membuat saya memahami mengapa Yesus memilih murid-murid dari kalangan yang tidakluar biasa’ : untuk menunjukkan betapa dalam ketidaksempurnaan manusia fana TUHAN menyatakan kesempurnaanNya.

Ternyata untuk menjadi sempurna, kita bukan harus menengok pada apa yang bisa kita lakukan dengan baik; melainkan mengungkapkan kelemahan kitamenerimanya lalu menyuguhkannya pada Yang Maha Sempurna untuk diubahkan menjadi sesuatu yang indah dan sempurna dalam rancangan-Nya. Karena hidup ini bukan tentangaku dan kuatkutapi tentangDia pemilik segala kuatku dan lemahku.’
... dan sungguh sejatinya kesempurnaan hanya milik TUHAN...